Penelitian ilmiah (research) dan evaluasi sering dianggap serupa karena keduanya melibatkan investigasi sistematis. Namun, literatur kontemporer menegaskan bahwa terdapat perbedaan mendasar di antara keduanya. Membangun pemahaman yang jelas mengenai perbedaan antara penelitian dan evaluasi dalam aspek tujuan, pendekatan metodologis, epistemologi, serta penggunaan hasilnya, penting bagi praktisi maupun akademisi. Tulisan ini merangkum beberapa ulasan terkini mengenai perbedaan-perbedaan tersebut.
Catatan: pada beberapa konteks dalam tulisan ini, paradigma positivistik mungkin akan cukup mewarnai proses pembacaan atas substansi tertentu, hal ini muncul karena semata-mata sebagai bentuk adaptasi terhadap rujukan yang digunakan, namun paradigma tersebut sama sekali tidak mewakili sudut pandang saya dalam tulisan ini.
Definisi dan Tujuan
Penelitian umumnya diartikan sebagai upaya menciptakan pengetahuan baru dengan menjawab pertanyaan yang luas atau menguji hipotesis, sering kali juga digunakan sebagai upaya untuk mengembangkan teori. Hasil penelitian berupa kesimpulan atau temuan ilmiah yang memperluas pemahaman umum, tanpa keharusan tindakan langsung. Sementara itu, Evaluasi didefinisikan sebagai proses sistematis dalam mengumpulkan dan menganalisis data untuk menilai pencapaian suatu intervensi (program/proyek/kebijakan), biasanya terkait kriteria relevansi, efektivitas, efisiensi, keberlanjutan, dampak, dan koherensi dari tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama evaluasi adalah membangun penilaian terhadap nilai atau keberhasilan program tersebut guna pengambilan keputusan praktis, misalnya, apakah program perlu diperbaiki, dilanjutkan, atau dihentikan. Dengan kata lain:
“hasil evaluasi adalah keputusan, sedangkan hasil penelitian adalah kesimpulan”
Secara sederhana, perbedaan tujuan ini sering kali disajikan, bahwa penelitian untuk “prove” (membuktikan atau menghasilkan pengetahuan) vs evaluasi untuk “improve” (memberikan masukan perbaikan). Penelitian bertujuan membuktikan sesuatu (misal menguji teori atau hipotesis), sedangkan evaluasi bertujuan memberikan pertimbangan bagi pengambilan keputusan demi pengembangan program. Michael Scriven (teoretikus evaluasi) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses menentukan merit atau worth dari sesuatu (menilai nilai). Jadi, evaluasi berorientasi pada pemanfaatan informasi secara spesifik dan terapan untuk memahami dan meningkatkan efektivitas tindakan/program tertentu. Sebaliknya, tujuan akhir penelitian adalah melahirkan pengetahuan atau teori baru, yang dinilai meritnya oleh komunitas ilmiah (peer review) dan berlaku lebih umum. Patton (2017) menggambarkan: “penelitian mencari kebenaran universal, sedangkan evaluasi berfokus pada konteks spesifik untuk mendukung pengambilan keputusan”.
Dari segi agenda dan lingkup, peneliti memiliki keleluasaan yang lebih besar dalam menentukan fokus penelitian (misalnya memilih objek atau variabel sesuai kebutuhan ilmiah), sementara evaluator bekerja dalam kerangka program yang telah ditentukan (obyek, tujuan, dan kriteria evaluasi ditetapkan oleh pemangku kepentingan program). Penelitian sering kali bersifat makro atau generalis (berupaya menggeneralisasi temuan ke populasi luas), sedangkan evaluasi bersifat mikro dan kontekstual (spesifik pada program/organisasi tertentu). Akibat perbedaan ini, pertanyaan penelitian biasanya netral dan luas (fokus pada “bagaimana sesuatu bekerja” secara umum), sedangkan pertanyaan evaluasi bersifat evaluatif dan spesifik (fokus pada “seberapa baik sesuatu bekerja” pada konteks program tertentu). Contohnya, sebuah penelitian mungkin bertanya “Apa hubungan antara aktivitas fisik dan kesehatan mental siswa?”, pertanyaan umum untuk menghasilkan pengetahuan baru. Sementara evaluasi program kesehatan mental siswa akan bertanya “Seberapa efektif program X dalam meningkatkan kesehatan mental siswa di sekolah Y?”, yang menuntut penilaian kualitas keberhasilan program tersebut. Evaluasi mewajibkan judgment (penilaian nilai), misalnya apakah hasil program “baik”, “kurang”, atau “memenuhi target”.
Pendekatan Metodologis dan Proses
Metode dan desain yang digunakan dalam penelitian dan evaluasi sering tumpang tindih, keduanya dapat menggunakan metode kuantitatif maupun kualitatif yang serupa untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Secara prinsip, evaluasi mengikuti kaidah metode ilmiah layaknya penelitian, sehingga evaluasi yang baik harus berlandaskan metodologi penelitian yang tepat dan prosedural. Bahkan ada yang berpendapat bahwa evaluasi adalah bentuk khusus dari penelitian, setiap evaluasi merupakan penelitian, tetapi tidak semua penelitian dapat disebut evaluasi. Hal ini karena penelitian bisa saja tidak dipakai untuk pengambilan keputusan, sedangkan evaluasi hakikatnya selalu ditujukan untuk keputusan praktis.
Namun, terdapat perbedaan penting dalam proses dan konteks pelaksanaan. Dalam penelitian akademik, peneliti relatif memiliki kontrol atas desain dan timeline (meski dibatasi pendanaan), sedangkan dalam evaluasi, waktu dan sumber daya biasanya ditentukan oleh pihak tertentu atau pengampu program. Evaluator kerap bekerja di bawah batasan ketat: anggaran evaluasi mengikuti besaran program, jadwal pun tergantung siklus proyek atau tenggat donor. Akibatnya, pilihan metode evaluasi harus menyesuaikan kelayakan (feasibility) dalam keterbatasan tersebut, sementara peneliti mungkin dapat merancang studi jangka panjang yang lebih mendalam. Kedalaman dan keluasan data juga bisa berbeda: penelitian dapat fokus mengumpulkan bukti mendalam untuk satu variabel atau hipotesis, sedangkan evaluasi sering kali memerlukan bukti yang lebih luas dan holistik (mencakup aspek biaya, manfaat, implementasi, dll.) agar dapat menilai program secara menyeluruh. Dengan kata lain, evaluasi cenderung “metodologis eklektik dan pluralistik”, menggunakan berbagai jenis informasi (kualitatif, kuantitatif, administratif) demi menjawab kebutuhan penilaian.
Standar kualitas antara keduanya juga sedikit berbeda: peneliti mengutamakan validitas, reliabilitas, akurasi, dan generalisasi hasil (yang dinilai oleh sejawat akademis), sedangkan evaluator, selain peduli validitas, juga terikat pada utilitas, kelayakan, etika, dan keterlibatan pemangku kepentingan sebagai kriteria keberhasilan evaluasi. Dalam evaluasi program, hasil yang berguna bagi pengambil keputusan dianggap sangat penting (utility), dan evaluasi harus feasible dijalankan dalam konteks program, serta etis dan akuntabel terhadap pihak terdampak. Orientasi ini membuat evaluasi bersifat “a means to an end” (sarana untuk tujuan tertentu), bukan “an end in itself”. Sementara penelitian lebih sering dilihat sebagai tujuan pada dirinya sendiri (menghasilkan pengetahuan adalah output final).
Singkatnya, metodologi penelitian dan evaluasi bisa sama-sama rigor, tetapi evaluasi cenderung lebih pragmatis. Dapat digambarkan bahwa: “Evaluasi dan penelitian itu serupa dalam proses, namun konteks evaluasi adalah ‘dunia nyata’ , berarti evaluasi sering harus menyeimbangkan ketelitian ilmiah dengan keterbatasan dan kebutuhan praktis”. Karena itu, kesalahpahaman perbedaan ini bisa berakibat buruk. Misalnya, jika penanggung jawab program (dengan latar penelitian) keliru merumuskan pertanyaan penelitian ilmiah alih-alih sebagai pertanyaan evaluatif, evaluasi yang dilakukan mungkin gagal memberikan judgment yang bernilai terhadap keputusan. Evaluator dapat terjebak menyajikan data deskriptif tanpa kesimpulan evaluatif, sehingga utility-nya rendah. Demikian pula, ekspetasi tak realistis bisa muncul, misal, menginginkan metodologi penelitian sempurna dalam evaluasi berdurasi singkat, yang justru dapat menghambat fokus evaluasi pada apa yang diperlukan untuk keputusan program.
Comments
Saat Penelitian Ingin Membuktikan dan Evaluasi Ingin Memperbaiki – Andi Pangerang
[…] Catatan: silakan baca Penelitian vs Evaluasi: Apa yang Membedakan Keduanya? […]
Penelitian vs Evaluasi: Apa yang Membedakan Keduanya? (4) – Andi Pangerang
[…] Bagian 1 | Bagian 2 | Bagian 3 […]
Penelitian vs Evaluasi: Apa yang Membedakan Keduanya? (3) – Andi Pangerang
[…] Bagian 1 | Bagian 2 | Bagian 4 […]
Penelitian vs Evaluasi: Apa yang Membedakan Keduanya? (2) – Andi Pangerang
[…] Penelitian vs Evaluasi: Apa yang Membedakan Keduanya? (1) 19/06/2025 […]