Mengenal Rainbow Framework

Rainbow Framework digadang-gadang sebagai panduan komprehensif untuk merancang dan mengelola evaluasi menjadi lebih baik. Apakah benar demikian? Mari kita pahami bersama.

Dalam dunia pengelolaan program dan kebijakan publik, evaluasi merupakan salah satu komponen penting untuk memastikan bahwa apakah intervensi yang dilakukan benar-benar membawa perubahan positif. Namun, melakukan evaluasi bukanlah proses yang linear atau seragam. Di sinilah Rainbow Framework, yang dikembangkan oleh BetterEvaluation, hadir sebagai panduan fleksibel dan komprehensif untuk merancang, mengimplementasikan, serta menggunakan hasil evaluasi secara efektif.

Apa Itu Rainbow Framework?

Rainbow Framework adalah kerangka kerja yang dikembangkan untuk membantu individu dan organisasi dalam memilih metode dan proses evaluasi yang tepat sesuai konteksnya. Tidak seperti pendekatan yang mengharuskan satu metode berlaku untuk semua, Rainbow Framework menawarkan fleksibilitas dengan tetap menjaga prinsip-prinsip evaluasi yang baik. Kerangka ini menyusun proses evaluasi ke dalam tujuh klaster atau tahapan kunci  yang masing-masing berisi berbagai pilihan metode dan pendekatan.

  1. Manage (Mengelola)
    Tahap ini mencakup penetapan mandat evaluasi, penunjukan evaluator, serta pengelolaan sumber daya dan komunikasi. Di sini ditekankan pentingnya inklusi pemangku kepentingan dan memastikan bahwa proses evaluasi dikelola secara etis dan adil.
  2. Define (Mendefinisikan)
    Pada tahap ini, evaluator bekerja untuk menjelaskan tujuan evaluasi, pertanyaan evaluasi, serta menetapkan kriteria keberhasilan. Tahap ini menekankan pentingnya pemahaman yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai melalui evaluasi.
  3. Frame (Membingkai)
    Framing berarti mengembangkan model program atau teori perubahan (Theory of Change) yang menjelaskan bagaimana kegiatan program diharapkan menghasilkan dampak. Ini menjadi dasar untuk mengembangkan fokus evaluasi dan memilih indikator kunci.
  4. Describe (Mendeskripsikan)
    Tahap ini berfokus pada pengumpulan dan penyajian informasi deskriptif mengenai implementasi program, konteks pelaksanaan, dan capaian awal. Metode seperti studi kasus, survei, atau monitoring rutin sering digunakan di sini.
  5. Understand Causes (Memahami Penyebab)
    Di tahap ini, evaluasi mengeksplorasi mengapa perubahan terjadi, apakah disebabkan oleh intervensi atau faktor eksternal lainnya. Analisis kausalitas menjadi penting, dengan metode seperti eksperimen, studi kuasi-eksperimental, atau analisis kontribusi.
  6. Synthesize (Mensintesis)
    Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber disatukan untuk menjawab pertanyaan evaluasi dan menarik kesimpulan yang kredibel. Ini bisa melibatkan teknik seperti triangulasi, meta-analisis, atau sintesis naratif.
  7. Report and Support Use of Findings (Melaporkan dan Mendukung Penggunaan Temuan)
    Evaluasi tidak akan berdampak tanpa komunikasi yang efektif. Tahap ini mencakup penyusunan laporan, diseminasi hasil, dan dukungan terhadap penggunaan temuan dalam pengambilan keputusan serta perbaikan program.

Salah satu kekuatan Rainbow Framework adalah fleksibilitasnya. Evaluator tidak harus mengikuti semua tahap secara kaku, melainkan dapat memilih pendekatan dan metode yang paling sesuai dengan konteks, tujuan evaluasi, dan kebutuhan pemangku kepentingan. Selain itu, framework ini juga menekankan prinsip-prinsip etika evaluasi, seperti keadilan, inklusivitas, dan transparansi.

Rainbow Framework bukan hanya alat bantu teknis, melainkan juga pendekatan strategis yang mendorong praktik evaluasi yang lebih reflektif, adaptif, dan bermanfaat. Bagi praktisi pengelolaan program dan pengambil kebijakan di Indonesia, memahami dan menerapkan framework ini dapat membantu meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan program secara lebih sistematis dan berbasis bukti.

Untuk menggali lebih dalam terkait Rainbow Framework, sila mengakses langsung sumbernya di: https://www.betterevaluation.org/frameworks-guides/rainbow-framework

0 komentar
0 disukai
Prev post: Menjadi Evaluator yang Tidak Netral? Apakah Etis?Next post: Evaluasi Feminis: Mengusung Kesetaraan dan Keadilan Gender

Related posts

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Saya

Hi, Saya Andi. Saya adalah seorang Project Management dan ME & Learning Practitioner, Sustainability Reporting Advisor, Inclusivity & Intersectionality Fundamentalist, dan Open Society Enthusiast.
Lebih Lanjut

ad